Senin, 26 September 2011

FISIKA INTI DALAM ILMU TASAUF IBNU ARABI

Maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Al Baqarah : 115)
Pada tahun 1165 M, di Murcia, sebuah kota di Sepanyol, lahirlah salah seorang sufi terbesar di dunia, Muhyiddin Abu Abdillah Muhammad bin Ali yang terkenal dengan sebutan Ibnu Arabi. Pemikiran mistiknya yang kontroversial menyebabkan ia dianggap kapir oleh Ibnu Taimiyyah. Padahal bisa jadi ia adalah seorang jenius yang berfikir jauh mendahului zamannya. Karena kecerdasannya, pada usia remaja belasan tahun ia sudah menjadi sekretaris gubernur di Sevilla dan berkenalan dengan Ibnu Rusyd, qadi terkemuka saat itu. Kemudian ia menuntut ilmu dengan menjelajahi kota-kota di Andalusia, Tunisia, Maroko, Cordoba, Almeira, Kairo, Yerusalem, Mekkah, Bagdad, Mousul, Konya, Anatolia, kemabali ke Yerusalem, Kairo, Mekkah, Bagdad, Alepo dan akhirnya menetap di Demacus sampai wafat pada tahun 1240 M.

Ia telah menulis begitu banyak kitab. Tercatat 289 judul yang telah ia buat banyak berisi masalah pelik disamping pembahasan ilmu fiqih yang mendalam. Fusus AL Hikam dan Futuhat Al Makkiyah adalah karya Ibnu Arabi yang monumental. Diawali dengan bab-bab yang menguraikan fiqih syare’at dan berakhir dengan penggambaran pemikiran menelusuri hakikat alam malakut yang serba ajaib. Selain tidak menggambarkan syariat, kitab ini panjang lebar menembus jauh kedalam penelaahan hakikat segala zat dan materi.

Teori tasawuf wahdatul wujud Ibnu Arabi memandang bahwa wujud mutlak yang hakiki itu hanya ada satu, yakni Allah Yang Maha Tunggal. Sedangkan semua alam yang serba ganda hanyalah wujud untuk tajali penampakan diri Allah SWT. 

Seorang ilmuan Inggris, Dr. Aisha Abdurrahman at Tarjuman, menulis dalam buku The Sub Atomic World In The Quran, bahwa pemikiran Ibnu Arabi dalam kitab Futuhat Al Makkiyah sangat sesuai dengan teori mutakhir “Segala puji bagi Allah yang menjadikan segala sesuatu berpasangan : pada dunia serba ganda, berpasang-pasangan. Dalam fisika dikenal pasangan elektron – positron, proton – antiproton, quark – antiquark, materi – antimateri, partikel – gelombang. 

Lebih jauh lagi, ia berteori bahwa alam dunia pun berjumlah banyak, bukan hanya satu yang kita huni sekarang ini. Kita diperintah untuk mengucapkan Alhamdulillah Rabbil’alamin, segala puji bagi Allah, penguasa beberapa alam bukannya Alhamdulillah Rabbi hadzal alam, segala puji bagi Allah penguasa alam ini. Alam itu majemuk, tidak mustahil seseorang bisa berada dibeberapa tempat sekali gus. Orang seperti ini disebut wali abdal. Contohnya seorang kiyai memimpin sahlat berjamaah di mesjid Demak dan pada hari yang sama para jamaah haji melihanya sedang tawaf di Mekah.

Ibnu Arabi menyandarkan argumentasinya pada hadist nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Kabah itu adalah salah satu dari 14 kembarannya, sedangkan bumi ada 7 kembarannya, setiap kembaran bumi dihuni oleh makhluk seperti kita, dan disetiap bumi itu ada seorang Ibnu Abbas.

Tentang teori Ibnu Arabi bahwa segala sesuatu hanyalah maya, dibenarkan oleh teori fisika kuantum. Fritjof Capra mengatakan bahwa partikel sub-atom adalah pola-pola dinamis dalam ruang dan waktu. Dia adalah masa dan energi. Tidak ada benda riil apapun di dunia. Semua yang ada hanyalah ilusi. Kita terbiasa mengenal benda dalam tiga dimensi. Padahal kenyataanya benda adalah gelombang-gelombang yang tetap. Materi hanyalah pemadatan lokal dari medan., suatu konsentrasi dari energi yang datang dan pergi sesaat. Apa yang kita anggap benda padat ternyata tersusun dari ruang-ruang hampa diantara molekul yang tak pernah diam dalam suatu bentuk permanen. Kenneth Ford mengatakan bahwa partikel hanyalah gelombang dengan frekwensi yang sebanding dengan energi. Jadi benda hanyalah ruang yang khayali. Ini membenarkan konsep Ibnu Arabi bahwa alam hanya maya, media untuk Allah bertajali memanifestasikan diri sesuai kehendak-Nya.

Heisenberg menyebutkan bahwa ruang penuh dengan gerakan. Elektron dan positron tercipta, bergabung berpasangan, dan saling melenyapkan. Begitulah pola penciptaan – pemusnahan – penciptaan kembali terus menerus. “Allah yang memulai penciptaan dan mengulanginya kembali. (Ar Ruum : 11)”. Kenneth Ford menulis dalam The Word Of Elementary Particles, sebuah proton dalam peroses rumit bisa membentuk dan melenyapkan 11 partikel virtual sebelum akhirnya kembali menjadi sebuah proton. Buku yang kita baca sebelum kita tidur, waktu kita bangun bukan lagi buku yang semalam. Wujudnya masih sama, tetapi partikel-partikelnya telah berubah-ubah sepanjang malam. Ibnu Arabi menyatakan bahwa semua yang ada di bumi selalu berubah-ubah dari satu maqom/status kemakom lain, dari satu nafas kenafas berikutnya, tidak pernah ada yang tetap.

Teori tentang awal dan akhir segala sesuatu dijelaskan oleh Ibnu Arabi dengan ayat-ayat Al Quran tentang hari kiamat lengkap dengan skema arsy, surga, neraka, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat. Stephen Hawking, ahli fisika terkenal menyatakan bahwa hukum fikia tergantung pada si pengamat. Waktu tergantung pada si pengamat, imajiner, dan relatif. Ibnu Arabi menguraikan bahwa ketika Allah menciptakan ruang tanpa bintang, hari belum diciptakan di dalamnya, dan hari tidak berwujud, ibarat air kendi ketika masih mengalir di sungai sebelum masuk kedalam bejana. Kemudian Allah menciprakan bintang-bintang yang dengan itu manusia mengukur waktu dan hari.

Sebenarnya, kreativitas pemikiran hasil jerih payah dan ijtihad Ibnu Arabi layak untuk ditelaah lebih dalam dari kacamata sains dan teknologi, bukanya dikecam hanya karena minyimpang dari kemapanan. Wallahu A’lam.

Minggu, 25 September 2011

woro-woro

hai .....aku punya blog baru...asih support, and comet ya???? pa gorbchev.....ayo kita blogging bareng-bareng